Minggu, 12 Februari 2012

de idealisem

Karena habis minum kopi mata saya susah merem dan ga tau datengnya dari mana ini mulai terpikir di otak kerdil saya.

Beberapa saat yg lalu saya sempat memproklamirkan diri sebagai seorang 'agnotis'. Yah... Ekstrim kah? Tidak. Karena saya masih 20 tahun dan kata orang bijak 'sedang dalam pencarian jati diri'. Ntah apa yg menjadi standard orang bijak tersebut tapi saya berterimakasih.hehe...

Ok well...

TUHAN?
Keyakinan?
Agama?
Aturan?

Kita melabeli diri dengan segala keribetan itu di depan orang lain. Untuk apa?

Sebagai identitas?
Sebagai idealis?
Sebagai alat pengukur kita benar ato salah?

Sempet terpelanting (hiperbola) saat saya membaca salah satu status teman di media social network yg bertulis

'Agama hanya untuk bermasyarakat'

Sebenernya saya juga tidak punya cukup power untuk merubah apa yg sudah ada di masyarakat. Tapi ijinkan saya meneruskan pencarian saya akan jati diri saya. Atas pilihan apa yg akan saya ambil nantinya. Please jangan anggap ini pembangkangan, tapi yah.. anda Boleh sebut ini kebodohan. Karena toh kebodohan yg akan mendorong saya mencari tau lebih banyak.

Well...
Apa fungsi agama kalau begitu?
Oke itu rule.
Aturan
Garis besar.

Tapi perlukah membedakan orang dari agama? Perlukah mengkotak-kotakkan seseorang dari agamanya? Perlukah hal se-privat agama di tanyakan dimana-mana? Saya berfikir keyakinan atau segala sesuatu yg berbau keTUHANan adalah hubungan antara manusia dg TUHANnya. Kenapa begitu penting menanyakan apa agama anda? Seberapa taat anda? Itu tidak sopan menurut saya.

Ada seorang musisi idola saya. Awalnya saya mengagumi dia karena kepiawaiannyan membuat suara gaduh menjadi simphony yg indah. Tapi kemudian juga karena keterbukaan cara pikirnya akan sesuatu. Salah satunya adalah ttg keyakinannya. Dari awal kariernya, dia menolak mengekploitasi ttg keyakinannya. Karena dia beranggapan kalau karyanya yg dia ingin persembahkan sebagai seorang musisi. Bukan sisi pribadinya Itu terdengar sangat idealis. Dan saya setuju. Tapi dia bukan alasan saya sempat memproklamirkan diri sebagai agnotis beberapa waktu yg lalau.

Saya lelah sejujurnya dg keadaan yg ada. Perpecahan yg dilatar belakangi perbedaan keyakinannya. Pengeboman gereja. Pembakaran Al-Qur'an (yg ini masi issu. Dan sangat meresahkan) Berapa nyawa tidak berdosa yg melayang.? Berapa banyak air mata yg keluar dari orang-orang yg kehilangan orang terkasihnya? Dan katanya itu demi 'kebenaran'. Kebenaran versi siapa yg mengijinkan manusia menghakimi manusia lain? Dan katanya 'cara menunjukkan kecintaan akan TUHAN'. Apa TUHAN akan senang melihat buminya penuh darah dari kebodohan pemahaman akan 'cara mencintai TUHAN? Saya benci pola pikir seperti itu.
Egois. Mengorbankan orang lain demi terlihat patuh di hadapan TUHAN.

Ayolah wahai orang-orang cerdas. Ini masuk akal kah? Kenapa perpecahan selalu ada? Karena kita terlalu sibuk melabeli diri kita sebagai yg paling benar. Padahal itu tugas TUHAN. Itu hak TUHAN untuk mengadili kita manusia.

So?
Sampai kapan hal seriskan 'keyakinan' menjadi alat penecah kerukunan? Sampai kapan hal seprivat 'keTUHANan' terus diperdebatkan. Yg kadang juga dijadikan kambing hitam untuk tujuan yg lain.

2 komentar:

  1. justru sebenarnya agama adalah alat pemersatu bagi semua umat,.. hanya saja banyak orang yang salah mengartikan dan mempergunakan,.. di dalam tiap2 agama ada poin2 tentang bagaimana bermasyarakat dan bertoleransi,..
    jadi, sebenernya agama bukanlah pemecah atau pengkotak-kotak orang2 pemeluknya,..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah. alangkah damainya kalo kita bisa saling ngehormati antar umat beragama :)

      Hapus

Popular Posts