
Cina: Makanya Tuhan menciptakan Cinta, supaya yang berbeda-beda bisa tetap satu.
Sepotong dialog cerdas yang pastinya selalu terngiang bagi siapa saja yang pernah menonton film cin(T)a. Berkisah tentang Cina (Sunny Soon), mahasiswa keturunan cina yang taat beragama Kristen dan Annisa (Saira Jihan), seorang gadis Jawa beragama Islam yang cantik jelita. Keduanya dipertemukan takdir ketika sama-sama menjadi mahasiswa jurusan arsitektur. Cerita bergulir ketika Annisa gadis kesepian dan bertemankan jari ‘bermuka’ buatannya sendiri bertemu dengan jari lain yang siap menemani dan mentaukan diri didekatnya. Tapi mampukah mereka saling mencinta ketika mereka memanggil Tuhan dengan panggilan berbeda?
Sejak melihat trailer dari cin(T)a saya sudah kepincut untuk segera menonton film yang satu ini. Tagline nya yang begitu menjual : ‘But since they call You (Allah, YHV, El, God, Tuhan) with different names.They can’t love each other.’ memang cukup berhasil membentuk animo masyarakat untuk berduyun-duyun menonton film ini. Tidak sia-sialah mereka yang berduyun-duyun menonton film yang satu ini. Cin(T)a mengangkat tema yang tidak populis untuk sebuah film Indonesia. Berani mengambil tema yang sangat berbau SARA (suku, agama, dan ras) Sammaria Simanjuntak menggambarkan hal tabu ini dari sudut pandang yan berbeda. Bukan dari pandangan ulama tetapi dari orang-orang taat yang mengalaminya. Pergolakan batin Annisa dan Cina ketika cintanya harus terbentur dengan keimanan digambarkan dengan cukup baik oleh sang sutradara melalui beberapa unsur yang ia tampilkan. Pertama masalah sinematografi, sebenarnya sudah cukup baik untuk sebuah film indie. Tapi ada beberapa adegan yang untuk saya pribadi digarap dengan kurang maksimal. Contohnya adegan ketika mereka menaiki permainan semacam poci-poci dan berputar-putar. Pada adegan itu dialog yang dilontarkan merupakan topik utama yang diangkat oleh film ini, tapi bukannya saya menyimak, saya malah merasa pening dengan pengambilan gambar yang terlalu cepat berganti objek. Selipan-selipan wawancara dengan para pasangan berbeda keyakinan juga berhasil memberi warna berbeda untuk film ini. Kedua adalah masalah pemain. Menurut saya cast yang dipilih sudah sangat baik Saira Jihan sangat cocok membawakan tokoh Annisa yang cantik, melankolis, kesepian dan bertampang innocent namun terkesan bodoh. Begitu pula dengan Sunny Soon yang berhasil menghidupkan tokoh Cina yang religious, pintar dan memiliki percaya diri yang tinggi. Beberapa kekakuan ketika mengucapkan dialog bisa dimaklumi berhubung ini merupaakn film pertama mereka. Khusus tokoh Annisa menurut saya terlalu digambarkan lemah dan kurang berekspresi. Hal utama yang membuat film ini pantas dikenang adalah kekuatan dari segi dialog yang disuguhkan. Dialog-dialognya sangat cerdas sehingga banyak yang cukup bermakna untuk dikutip atau sekedar diingat. Tapi lagi-lagi tiada gading yang tak retak. Kehebatan film ini dirusak oleh sound yang kurang baik. Entah masalah di film atau tempat pemutarannya (padahal saya nonton di Blitz loh) tapi sound-nya sering kali terdengar ‘rebek’. Belum lagi masalah musik yang terlalu keras sehingga malah menyarukan dialog yang diucapkan. Untuk saya pribadi, saya malah lebih enak membaca subtitle yang disuguhkan.
Secara keseluruhan film ini sudah baik dan sayang untuk dilewatkan. Setidaknya film ini sudah berani menghadirkan tema yang tabu dan mengemasnya menjadi indah. Cin(T)a juga berhasil menjadikan para penikmatnya menjadi lebih open-minded terhadap kasus cinta berbeda keyakinan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
film ini adalah film lokal tercerdas yg pernah aku tonton, seluruh dialognya cerdas dan berisis, ga cuma basa-basi-busuk. kalopun ada kata-kata manisnya juga bukan tipe-tipe rayuan gombal. fimnya juga terlihat di kerjakain dengan mateng. segala yg ada baik dialog, pengambilan gambar juga perfect di mata orang awam kayak aku. ga perlu pasang artis yg terlalu mahal, kalo konsep dan pengemasannya bagus jadi juga kan film keren walopun artisnya ga yg paling mahal sejagat raya. aku memang ga pernag liat dua pemeran utamanya sebelumnya, tapi akting mereka keren. mending indonesia banyakin bikin film-film kayak gini daripada hantua-hantuan ga jelas ^^
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
film ini adalah film lokal tercerdas yg pernah aku tonton, seluruh dialognya cerdas dan berisis, ga cuma basa-basi-busuk. kalopun ada kata-kata manisnya juga bukan tipe-tipe rayuan gombal. fimnya juga terlihat di kerjakain dengan mateng. segala yg ada baik dialog, pengambilan gambar juga perfect di mata orang awam kayak aku. ga perlu pasang artis yg terlalu mahal, kalo konsep dan pengemasannya bagus jadi juga kan film keren walopun artisnya ga yg paling mahal sejagat raya. aku memang ga pernag liat dua pemeran utamanya sebelumnya, tapi akting mereka keren. mending indonesia banyakin bikin film-film kayak gini daripada hantua-hantuan ga jelas ^^
setuju,
BalasHapusgreat movie with great implicit message, great idea, great cinematography, like this soo...
:D
BalasHapus